« »
« »
« »

Jumat, 28 Desember 2012

Ke Bromo

haahhhhh (menghela nafas yang dalam)...
sepertinya perjalananku kali harus diposting, sekedar membagi cerita sih tapi bukan cerita yang menyenangkan dari perjalanan saya ke Gunung Bromo. Pukul 21.30 WIB, motor bernomor plat DN 5704 AR menuju ke daerah Yogyakarta dengan waktu tempuh 2 jam lebih sedikit. Tujuan utama perjalanan saya sebenarnya adalah pulang kampung (blitar:ds.pikatan) tapi mengarah ke jogja sekalian mau gajak teman liburan ke Bromo. Dua hari menetap di Jogja ternyata bujuk rayu tidak berhasil, jadinya teman perjalananku hanyalah sebuah tas ukuran 45 liter tak lupa kamera kesayangan dan beberapa perlengkapan pendukung.


Jogja > Kondisi motor masih sehat, dengan catatan tidak ada maslah berarti selain gear yang sudah semestinya diganti, tapi uang arisan kelas yang baru saja didapat sepertinya lebih baik dipakai untuk jalan-jalan (jangan ditiru=pergunakan tepat sasaran. Tanggal 24 Desember 2012 perjalanan ke Blitar dimulai, tanpa pikir banyak saya memutuskan menggunakan jalur Ponorogo - Trenggalek. Menurut saya jalurnya kurang asik untuk dilewati terutama malam, tapi pemandangan yang bisa dilihat disepanjang jalur ini bisa meringankan penderitaan. Sayangnya saya harus bertengkar dengan waktu, jadinya tidak sempat berkunjung ke objek wisata yang begitu banyak. Tak masalah, yang penting sudah ke Bromo.ckckckck 

Blitar > Akhirnya perjalanan 5 jam tak sia-sia, hampir tersesat di Wonogiri tak begitu menghabiskan waktu perjalanku. Dua hari saya berada di rumah nenek Mbah Iyam, makan jadi teratur lumayanlah perbaikan gizi untuk anak kost dan bisa bertemu sama teman lama di Pare sekitar 1 jam perjalanan. Dalam perjalanan ini tidak terdapat masalah yang cukup berarti, hanya saja kondisi rantai motor terlalu kendor. Hal yang menarik saya bisa sampai ke Gunung Kelud.hehehe 


bagian mengenaskan dari cerita ini akan segera dimulai.
Bromo ...ketika orang mengisahkan keindahan alam Bromo, saya malah ingin menceritakan tragisnya perjalanan saya. 26 Desember 2012 Mbah Iyam serta kedua anaknya melarang saya untuk berangkat karena penyakit insomniaku belum sembuh. Saya harus berangkat siang hari (jam 12), panasnya luar biasa walaupun Mbah Iyam lebih menyarankan saya untuk menetap atau langsung balik ke Semarang. Keluar dari rumah, rantai motor kembali kendor maklum sudah diluar batas pemakaiannya. Awalnya berpikir untuk mengarah ke Semarang tapi jalurnya mutar lewar Malang sekalian jalan-jalan. Sampai di Malang, hal mengenai Bromo terlintas di kepala tak peduli kondisi motor akhirnya dipaksakan juga. Kondisi motorku di daerah Tumpang semakin bertambah parah karena rem belakang ikutan bermasalah, kampasnya habis. Tak ada bayangan jalur yang dilewati akan begitu sulit kondisi hujan juga menambah rasa takut, komplitnya saya baru sadar bahwa motorku benar-benar dalam masalah besar dimulai dengan ban botak, rantai kendor dan hanya memiliki rem depan.

wisata di Bromo memang asik, melihat pemandangan dari Penanjakan I sangat luar biasa, tapi dengan kondisi motor seperti itu yang terbayang adalah bagaimana caranya pulang ke rumah dengan selamat. Benar saja, setelah berkenalan dengan seorang petualang asal Medan "Betha" hal itu semakin menjadi-jadi. Betha juga tau kondisi motorku sampai sebuah kalimat terucap "win, aku turun aja yah. aku takut beneran". Jujur saya juga sebenarnya takut, tapi harus bisa tetap kendalikan motor dengan menggunakan rem depan saja. Turunan curam itu berhasil dilewati dan Betha sempat mengeluarkan air mata, untungnya saya tidak mengeluarkan apa-apa.

Eksplorasi spot berlanjut ke kawah, dengan terseok-seok akhirnya bisa sampe juga masih bersama Betha pastinya dan orang lain yang begitu banyak dari negara antah berantah. Kawah juga menjadi spot terakhir bersama Betha karena rombongannya segera balik ke Probolinggo.
Kondisi makin parah demi mengejar pemandangan yang indah saya harus mencoba jalur lain ditemani penduduk lokal hanya dalam perjalanan 30 menit. Jalur ini tidak ada dalam peta bahkan google map pun tak dapat mendeteksinya. Jalan berbatu dan tanah sangat sulit dilalui ditambah hujan yang mengguyur, walaupun pemandangan yang terlihat begitu menarik tapi itu tidak terasa demikian karena saya tinggal sendiri berbekal arahan dari penduduk lokal yang saya jumpai. "Kalau ada perempatan lurus saja mas, terus kalau ada pertigaan lagi lurus saja. Gak usah belok-belok ntar bisa sampe kampung". Setelah 2 jam perjalanan akhirnya sampai perkampungan. wuih cukup mengenaskan,dalam perjalanan itu saya sempat berpikir aneh mulai dari tak ada jalan keluar sampai dengan motif pembunuhan. Dengan jalur itu (lihat garis warna merah) saya ternyata menngintari kawasan bromo dan masuk daerah kabupaten Probolinggo. Apapun itu sudah saya lupakan dan menjadi cerita.
Keyakinan menjadi modal utama perjalanan ini, tapi perlu diingat keyakinan itu harus diperkuat dengan beberapa hal tambahan. Contohnya dalam cerita saya kali ini, persiapkan kendaraan yang benar-benar aman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar